Rabu, 12 September 2012

"IBU ITU ADALAH PEMBOHONG"_Baca selengkapnya...

"Ibu itu adalah pembohong"

Seorang ibu dlm hidupnya membuat kebohongan.

1. Saat makan, jika makanan kurang, Ia akan memberikan makanan itu kpd anaknya dan berkata, "Cepatlah makan, ibu tdk lapar."

2. Wkt makan, Ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, "ibu tdk suka daging, makanlah, nak.."

3. Tengah mlm saat dia sdg menjaga anaknya yg sakit, Ia berkata,
"Istirahatlah na
k, ibu msh blm ngantuk.."

4. Saat anak sudah tamat sekolah, bekerja, mengirimkan uang untuk ibu. Ia berkata, "Simpanlah untuk keperluanmu nak, ibu masih punya uang."

5. Saat anak sdh sukses, menjemput ibunya utk tinggal di rumah besar, Ia lantas berkata, "Rumah tua kita sangat nyaman, ibu tidak terbiasa tggl di sana."

Saat menjelang tua, ibu sakit keras, anaknya akan menangis, ttp ibu msh bs tersenyum sambil berkata, "Jangan menangis, ibu tidak apa apa." Ini adalah kebohongan terakhir yg dibuat ibu.

Tidak peduli sebrp kaya kita, seberapa dewasanya kita, ibu slalu menganggap kita anak kecilnya, mengkhawatirkan diri kita tp tdk prnh membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya.

Smoga smua anak di dunia ini bs menghargai setiap kebohongan seorang ibu....

karena beliaulah malaikat nyata yg di kirim TUHAN
untuk menjaga kita

Selasa, 24 April 2012

Masa-masa SMA


Masa2 Putih Abu-Abu Itu...

1. Paling males pas bangun pagi siap2 ke sekolah. Apalagi kalo cuaca mendung atau gerimis, banyak yg berharap hujan badai sekalian biar ga perlu berangkat sekolah.
2. Terutama hari senin. Upacara bendera adalah kegiatan yg paling sedikit peminatnya. Ga tulus bgt ngejalaninya. Apalagi kalo pembina upacara ngasih pidato panjang lebar kali tinggi,
huh.. asli banyak yg menderita tekanan batin!
3. Kalopun berangkat pagi2, itu ga lain ga bukan karena malamnya ga ngerjain PR, pengen nyari
contekan dari temen2.
4. Merasa bahagia tiada tara kalo ada pelajaran kosong. Wuahh... Seisi kelas bakal memanfaatkannya untuk ngobrolin segala hal2, dari yg ga penting sampai yg paling ga penting, ketawa ketiwi, dandan, mainin hape, baca buku tapi bukan buku2 rekomendasi sekolah.  Pokoknya nano2lah rame rasanya!
5. Tapi rasa bahagia itu bias berubah menjadi rasa duka yg mendalam, saat ada guru lain sok
keren ngisi pelajaran kosong itu! Ngasih tugas ngerjain halaman berapa gitu, dan musti dikumpulin saat jam pelajaran berakhir. Cott lah!
6. Belajarnya cuma kalo lagi mau ada ulangan atau pas musim ujian aja. Itupun memakai sistem kebut semalam. Bikin contekan ditulis di kertas2 kecil, di tangan, di balik baju. Yg cewe2 kadang ada yg  ditulis di paha.
7. Sebel bgt kalo udah bikin contekan banyak2 ternyata ga ada yang muncul di soal ujian! Sia2 sudah perjuangan..
8. Bete sama temen yg pinter tapi pelit ga mau membantu ngasih jawaban. Giliran dikasih contekan ternyata jawabannya “Pengen pinter, makanya blajar”!!
9. Paling ngefans sama soal pilihan ganda. Kalo udah mentok ga tau jawabannya, tinggal menggunakan jurus terakhir: Ngitung Kancing Kemeja Bu Guru,
10. Kantin menjadi tempat tujuan paling populer saat jam istirahat. Perpus... Hadoh.. Kayaknya tempat ini musti dilengkapi fasilitas kamar tidur, karaoke dan PS2 biar menarik minat siswa untuk mengunjunginya!
11. Bete beud pas lagi seru2nya santai tiba2 bel tanda masuk berbunyi. Jam istirahat terasa
singkat, tapi jam belajar bagaikan seabad!
12. Hal yg bisa membuat betah adalah kalo ada guru yg cantik, seksi, gaya ngajarnya oke, humoris dan gaul. Ga perlu minum suplemen kuku kaki bima energi pun bakalan semangat
belajarnya. Eeaa..
13. Ga cewek ga cowok biasanya di dalam tas tersedia baju ganti non seragam, lengkap dengan
seperangkat alat kosmetik sederhana. Untuk jaga2 saat harus tampil menawan mendadak.
14. Paling muak kalo ada guru killer! Bawaannya pengen ngajak adu jotos aja, tapi yah cuma
berani dalam hati doang..
15. Kalo ada guru telat masuk santai aja ga masalah. Tapi kalo telat keluar padahal jam pelajaran
udah selese, ini jelas jadi masalah.
Aksi protes bakal menggema sampai ke sudut2 paling terpencil kelas.
16. Kalo udah jam2 terakhir bentar2 pasti ngecek jam. Berharap cepet2 pulang ke rumah. Tapi ketika jam pulang tiba, bukannya langsung pulang ke rumah, justru mampir ke mall, nyangkut di  warnet, nongkrong di perempatan, terdampar di rumah temen dan lain2...
Yeah... 
 #jd pengen SMA lg,,,masa2 yang tak mungkin terulang lg... ;)


Silahkan Coment untuk menambahkan pengalaman tak terlupakan kalian semasa SMA... ;D

Jumat, 20 April 2012

PENENTUAN PROTEIN DALAM URINE


PENENTUAN PROTEIN DALAM URINE

Hari/ Tanggal         :      Rabu, 1 Juli 2009
Tujuan                       :      Untuk mengetahui ada tidaknya protein dalam urine
Prinsip                       :
1.      Test dengan menggunakan pemanasan
Saat urine dipanaskan dalam suhu lebih dari 700 C dan setelah ditambahkan dengan larutan asam asetat  akan terjadi koagulasi (gumpalan berwarna putih dalam tabung) dan  terjadi denaturasi (pemecahan atau penguraian protein)
2.      Test dengan asam/ basa
Urine jika direaksikan dengan asam HNO3 atau dengan asam/ basa kuat lainnya akan mengakibatkan terjadinya koagulasi dan membentuk endapan berwarna putih.
Dasar Teori            :     
            Pada keadaan normal antara 30-300 mg protein dikeluarkan bersama urine dalam 24 jam. Walaupun ada protein yang diekskresi tetapi urine normal tidak memberikan reaksi positif terhadap tes-tes protein dari urine yang dikeluarkan. Kalau tes protein terhadap urine menunjukkan hasil positif maka adanya protein dalam jumlah abnormal dalam urine disebut sebagai proteinuria yang biasanya disebut dengan glomerulonefritis.
Alat dan Bahan      :
1.      Tabung reaksi
2.      Urine sampel
3.      Urine Ptologis
4.      Urine Blanko
5.      Rak tabung reaksi
6.      Pipet tetes
7.      Gelas ukur
8.      Pemanas
9.      Gelas Beaker
10.  Label
11.  Larutan asam asetat
12.  Larutan HNO3
Prosedur                   :
A.    Test dengan pemanasan
1.      Siapkan 3 tabung reaksi
2.      Masukkan 2 ml urine
a)        Tabung 1       : urine patologis
b)        Tabung 2       : urine blanko
c)        Tabung 3       : urine sampel
3.      Panaskan selama 3-5 menit
4.      Amati perubahan yang terjadi (ada endapan atau gumpalan berwarna putih)
5.      Dinginkan
6.      Teteskan dengan asam asetat sebanyak maksimal 5 tetes
7.      Amati perubahan yang terjadi
-          Jika setelah ditetesi asam asetat masih ada gumpalan berarti gumpalan tersebut protein
-          Jika setelah ditetesi asam asetat tidak terdapat endapan putih berarti tidak ada protein dalam urine tersebut
B.     Test dengan asam/ basa
1.      Siapkan 3 tabung reaksi
2.      Masukkan 2 ml urin
a)      Tabung 1         : urine patologis
b)      Tabung 2         : urine blanko
c)      Tabung 3         : urine sampel
3.      Tambahkan larutan HNO3 ke setiap tabung
4.      Amati perubahan yang terjadi
-          Jika terjadi perubahan warna dari putih menjadi keruh berarti terdapat protein di dalam urine
-          Jika terdapat perubahan dan terbentuk lapisan cincin dalam tabung berarti urine tersebut mengandung protein.
Hasil Pengamatan  :
  1. Test dengan pemanasan
TABUNG
REAKSI SETELAH DIPANASKAN
ASAM ASETAT
Tabung 1 (urine patologis)
Terdapat endapan putih
Terdapat endapan putih
Tabung 2 (urine blanko)
Jernih
Jernih
Tabung 3 (urine sampel)
Jernih
jernih

  1. Test dengan asam/ basa
TABUNG
HNO3
HASIL
Tabung 1 (urine patologis)
Keruh, terdapat endapan putih
+
Tabung 2 (urine blanko)
Jernih
-
Tabung 3 (urine sampel)
Jernih
-




Kesimpulan               :
  1. Test dengan pemanasan
Dari hasil pengamatan pada ketiga tabung dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada tabung 1 yang merupakan urine patologis mengandung protein ditandai dengan terdapatnya endapan putih setelah dipanaskan dan endapan putih tersebut masih ada setelah diteteskan dengan larutan asam asetat
2.      Pada tabung 2 yang merupakan urine blanko tidak mengandung protein ditandai dengan urine tetap jernih setelah dipanaskan dan tidak terdapat endapan putih setelah diteteskan dengan larutan asam asetat.
3.      Pada tabung 3 yang merupakan urine sampel tidak mengandung protein ditandai dengan urine tetap jernih setelah dipanaskan dan tidak terdapat endapan putih setelah diteteskan dengan larutan asam asetat.
  1. Test dengan asam/ basa
Dari hasil pengamatan pada ketiga tabung dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada tabung 1 yang merupakan urine patologis mengandung protein ditandai dengan warna urine menjadi keruh dan terdapat endapan putih setelah diteteskan dengan larutan HNO3
2.      Pada tabung 2 yang merupakan urine blanko tidak mengandung protein ditandai dengan urine tetap jernih dan tidak terdapat endapan putih setelah diteteskan dengan larutan HNO3.
3.      Pada tabung 3 yang merupakan urine sampel tidak mengandung protein ditandai dengan urine tetap jernih dan tidak terdapat endapan putih setelah diteteskan dengan larutan HNO3.

TEKNIK PEMBERIAN OBAT LUAR

TEKNIK PEMBERIAN OBAT LUAR
1.       PENGERTIAN
Obat luar merupakan obat yang diberikan secara Topikal dan inhalasi ( obat melalui paru ).
a.   Obat Topikal
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit atau pada membrane. Macam-macam pemberian obat secara topikal adalah
*      Pemberian obat pada kulit
*      Pemberian obat mata
*      Pemberian obat tetes telinga
*      Pemberian obat tetes hidung
*      Pemberian obat melalui vagina
KEUNTUNGAN
a.         Menempel pada mukosa dengan kuat tanpa iritasi
b.         Mempunyai vikositas tinggi
c.         Pasien merasa nyaman
d.         Mempunyai toxisitas rendah
e.         Membantu permeabilitas jaringan
KERUGIAN
a.      Pemberian topikal pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu
b.      Jumlah obat yang diserap tergantung pada luas permukaan kulit
c.       Daya obat berpenetrasi pada kulit

b.   Inhalasi
Adalah cara pemberian obat dengan cara disemprotkan kedalam mulut. Kelebihan dari pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung kepada bronkus. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi ini obat yang dalam keadaan gas atau uap yang akan diabsorpsi akan sangat cepat bergerak melalui alveoli paru-paru.
A.      Inhalasi Nasal
·         Obat diinhalasi melalui hidung menggunakan sebuah alat yang menghantar obat
·         Efek dari obat yang disemprotkan antara lain vasokonstriksi jalan napas
·         Obat lain yang diberikan dengan cara ini antara lain anestesi local, steroid dan oksigen
B.      Inhalasi Oral
·         Inhalasi oral paling sering digunakan untuk menghantar obat ke sel target atau organisme di parenkim paru
·         Obat selalu dihantar oleh alat yang dipegang ditangan klien, obat berbentuk inhaler dan disemprotkan lewat oral (aerosol, uap atau bubuk yang masuk kesaluran udara diparu
·         Metered Dose Inhalers (MDI) memfasilitasi pengantaran obat ke parenkim paru
·         Teknik yang digunakan klien pada pemberian obat inhalasi oral perlu dipantau, khususnya pada bayi atau lansia

2.       TUJUAN
a.       Tujuan Pemberian Obat Topikal
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut.
·         Pemberian Obat Topikal Pada Kulit adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
·         Pemberian obat melalui mata
a)     Untuk mengobati gangguan pada mata
b)     Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
c)      Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
d)     Untuk mencegah kekeringan pada mata

·         Pemberian obat tetes telinga
a)     Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan, membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga eksternal)
b)     Menghilangkan nyeri
c)      Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
·         Pemberian obat tetes hidung
a)     Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari hidung
b)     Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
·         Pemberian obat melalui vagina
a)     Untuk mengobati infeksi pada vagina
b)     Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
c)      Untuk mengurangi peradangan
b.      Tujuan Pemberian Obat dengan Cara Inhalasi
1.      Memenuhi kekurangan zat asam
2.      Membantu kelancaran metabolisme
3.      Sebagai tindakan pengobatan
4.      Mencegah hipoxia (misalnya pada penyelam, penerbang, pendaki gunung, pekerta tambang)

3.   INDIKASI / KONTRAINDIKASI
1.    Pemberian obat secara Topikal
Berikut Beberapa obat topikal yang umum digunakan :
a.        Emolien
Ø  Istilah "emolien" mencakup beragam produk, termasuk bahan pengganti sabun, aditif mandi, krim, salep dan bahkan produk aerosol semprot.
Ø  Indikasi : pengelolaan gatal, kondisi kulit kering, mengurangi gejala simptomatis.      
b.    Kortikosteroid topikal
Ø  Indikasi : Eksim
Ø  Kontra indikasi : infeksi kulit , alergi kontak

c.    Retinoid Topikal
Ø  Indikasi : psoriasis , jerawat , dan photodamage
Ø  Kontra indikasi : deskuamasi kulit dan eritema, juga menyebabkan dermatitis iitan ringan.
d.    Tazarotene
Ø  Indikasi : psoriasis plak yang mempengaruhi sampai 10% dari luas kulit.
Ø  Kontra indikasi : iritasi kulit lokal, eritema, terbakar, photosensitivity, dan memperburuk psoriasis.
e.    Tretinoin dan isotretinoin
Ø  Indikasi : jerawat komedonal
Ø  Kontra indikasi : jerawat inflamasi.
f.      Kalsipotriol
Ø  Indikasi :  psoriasis plak ringan sampai sedang
Ø  Kontra indikasi : Hiperkalsemia dapat terjadi jika dosis yang dianjurkan 100 g per minggu terlampaui, iritasi lokal, pruritus, dan eritema, Kalsipotriol merupakan kontraindikasi pada kehamilan dan tidak boleh digunakan pada daerah wajah.

2.      Pemberian obat Inhalasi
Ø  Indikasi
o   pasien sesak nafas dan batukbroncho pnemonia
o   ppom (bronchitis, emfisema)
o   asma bronchial
o   rhinitis dan sinusitis
o   paska tracheostomi
o   pilek dengan hidung sesak dan berlendir
o   selaput lendir mengering
o   iritasi kerongkongan, radang selaput lendir
o   saluran pernafasan bagian atas
Ø  kontraindikasi
o   Pasien yang tidak sadar/confusion tidak kooperatif dengan prosedur ini, membutuhkan
o   mask/sungkup, tetapi mask efektifnya berkurang secara spesifik.
o   Medikasi nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara napas tidak
o   ada/berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui endotracheal tube yang
o   menggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak
o   dapat menggerakkan/memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran napas.
o   Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus dengan perlahan.
o   Ketika diinhalasi katekolamin dapat meningkatkan cardiac rate dan menimbulkan
o   Disritmia
o   Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui IPPB/Intermittent Positive
o   Pressure Breathing, Sebab IPPB mengiritasi dan meningkatkan bronkhospasme

3.   PERSIAPAN
1.    Pemberian Obat Secara Topikal
a)   Pemberian Obat Topikal Pada Kulit
ü  Persiapan alat
-          Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk, spray)
-          Buku obat
-          Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
-          Sarung tangan
-          Lidi kapas atau tongue spatel
-          Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
-          Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
ü  Persiapan pasien
-          Menjelaskan tujuan pemberian obat oles
-          Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
ü  Persiapan lingkungan
-          Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran

b)  Pemberian obat melalu mata
ü  Persiapan alat
-          Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
-          Buku obat
-          Bola kapas kering steril (stuppers)
-          Bola kapas basah (normal salin) steril
-          Baskom cuci dengan air hangat
-          Penutup mata (bila perlu)
-          Sarung tanganPersiapan pasien
ü  Persiapan pasien
-          Menjelaskan tujuan pemberian obat oles
-          Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
ü  Persiapan lingkungan
-          Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran
c)   Pemberian obat tetes telinga
ü  Persiapan alat
-          Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
-          Buku obat
-          Cotton bud
-          Normal salin
-          Sarung tangan
ü  Persiapan pasien
-          Menjelaskan tujuan pemberian obat oles
-          Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
ü  Persiapan lingkungan
-          Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran

d)  Pemberian obat tetes hidung
ü  Persiapan alat
-          Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung jenis sediaan obat)
-          Buku obat
-          Sarung tangan
ü  Persiapan pasien
-          Menjelaskan tujuan pemberian obat oles
-          Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
ü  Persiapan lingkungan
-          Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran
e)   Pemberian obat melalui vagina
ü  Persiapan alat
-          Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly, foam, atau suppositoria
-          Aplikator untuk krim vagina
-          Pelumas untuk suppositoria
-          Sarung tangan
-          Pembalut
-          Handuk bersih
-          Korden/pembatas/sketsel
ü  Persiapan pasien
-          Menjelaskan tujuan pemberian obat oles
-          Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
ü  Persiapan lingkungan
-          Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran
2.      Pemberian obat Inhalasi
ü  Persiapan alat
-          Tabung oksigen lengkap dengan monometer
-          Pengikur aliran (flow meter)
-           Botol pelembab (humidifier) yang sudah diisi dengan air matang atau aquades sampai pada batas untuk melembabkan udara.
-           Slang zat asam
-           Kodok zat asam atau kanula hidung ganda (binasal kanual) atau pipa, endotracheal, atau tanda oksigen.
-           Alat resuistasi lengkap, bila mungkin disediakan
ü  Persiapan pasien
-          Menjelaskan tujuan pemberian obat
-          Menjelaskan langkah yang akan dilakukan
ü  Persiapan lingkungan
-          Menutup pintu/ jendela/ memasang sampiran

4.   PROSEDUR KERJA
a.       Pemberian obat secara Topikal
·           Pemberian obat pada kulit
a.       Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b.      Cuci tangan
c.       Atur peralatan disamping tempat tidur klien
d.      Tutup gorden atau pintu ruangan
e.       Identifikasi klien secara tepat
f.        Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka area yang akan diberi obat
g.      Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris dan kerak pada kulit
h.      Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
i.        Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
j.        Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
k.      Oleskan agen topical :
1.      Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
(a)   Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok lembut diantara kedua tangan
(b)   Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu.
(c)    Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak setelah pemberian
2.      Lotion mengandung suspensi
(a)  Kocok wadah dengan kuat
(b)  Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau bantalan kecil
(c)   Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan kering.
3.      Bubuk
(a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
(b)   Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
(c)    Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
4.      Spray aerosol
(a)  Kocok wadah dengan keras
(b)  Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
(c)   Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta klien untuk memalingkan wajah dari arah spray.
(d)  Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang sakit

l.        Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai.
m.    Cuci tangan
·           Pemberian obat mata
a.       Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan tempat pemberian.
b.      Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
c.       Identifikasi klien secara tepat
d.      Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
e.       Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan hiperektensi leher
f.       Pakai sarung tangan
g.      Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk mata dari dalam keluar
h.      Minta klien untuk melihat ke langit – langit
i.        Teteskan obat tetes mata :
(1)  Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes mata yang terisi obat kurang lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci) diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan menarik kelopak mata kebawah.
(2)  Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus konjungtiva. Sacus konjungtiva normal menahan 1-2 tetes. Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan penyebaran obat yang merata di seluruh mata.
(3)  Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke pinggir luar kelopak mata, ulangi prosedur
(4)  Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup mata dengan perlahan
(5)  Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien selama 30-60 detik
j.        Memasukkan salep mata :
(1)  Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak mata bawah pada konjungtiva.
(2)  Minta klien untuk melihat kebawah
(3)  Membuka kelopak mata atas
(4)  Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada konjungtiva bagian dalam
(5)  Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan bola kapas.
k.      Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan usap dari bagian dalam ke luar kantus
l.        Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang bersih diatas pada mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan pada mata.
m.    Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah dipakai
n.      Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata (kiri, kanan atau kedua duanya) yang menerima obat.
·           Pemberian obat tetes telinga
a.       Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b.      Siapkan klien
(1)  Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2)  Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
(3)  Atur posisi klien miring kesamping (side lying) dengan telinga yang akan diobati pada bagian atas.
c.       Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
(1)  Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
(2)   Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan, bersihkan daun telinga dan meatus auditory
d.      Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air hangat dalam waktu yang singkat
e.       Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang (bayi)
f.       Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal telinga
g.      Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
h.      Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit.
i.        Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
j.        Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
k.      Dokumentasikan semua tindakan
·           Pemberian obat tetes hidung
a.       Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada telinga bagian mana obat harus diberikan.
b.      Siapkan klien
(1)  Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2)  Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada bayi dan anak kecil
(3)  Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala hiperekstensi diatas bantal (untuk pengobatan sinus ethmoid dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan frontal)
c.       Bersihkan lubang telinga
d.      Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
e.       Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah konka superior tulang etmoidalis
f.       Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
g.      Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
h.      Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
i.        Dokumentasikan semua tindakan
·           Pemberian obat melalui vagina
a.       Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b.       Siapkan klien
(1)  Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2)  Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3)  Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4)  Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c.       Pakai sarung tangan
d.      Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa yang tidak nyaman
e.       Lakukan tindakan perawatan perineum
f.        Suppositoria
-          Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
-          Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung tangan, regangkan lipatan labia
-          Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding vagina posterior.
-          Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa sekitar orifisium dan labia
-          Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi tersebut selama 5-10 menit setelah insersi.
-          Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang sesuai
-          Cuci tangan
-          Kaji respon klien
-          Dokumentasikan seluruh tindakan
g.       Kream, vagina, jelly atau foam
1)     Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
2)     Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan non dominan yang memakai sarung tangan
3)     Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung tangan, masukkan aplikatot ke dalam vagina sekitar 5 cm. Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat hingga aplikator kosong.
4)     Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa kream pada labia dan orifisium vagina.
5)     Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabriknya.
6)     Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula selama 5-10 menit
7)     Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
8)     Cuci tangan
9)     Kaji respon klien
10)Dokumentasikan semua tindakan

b.      Pemberian obat Inhalasi
1.        Pemberian oksigen yang sederhana dengan menggunakan kedok zat asam atau kanula hidung ganda. Bila mempergunakan kedok zat asam, kedok dipasang atau ditutupkan pada mulut dan hidung, tali kedok diikatkan dibelakang kepala. Bila mempergunakan kanula hidung ganda, ujung kanula dimasukan kedalam kedua lubang hidung, dan tali diikatkan dibelakang kepala.
2.       Cuci tangan
3.       Isi tabung diperiksa dan dicoba
4.       Selang oksigen dihubungkan dengan kedok zat asam atau kanula hidung ganda
5.       Flow meter ddibuka dengan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan (biasanya 2L-3L/menit)
6.       Pasien ditanya apakah berkurang sesaknya.
7.       Pemberian oksigen dapat dilakukan terus menerus, intermiten atau dihentikan sesuai dengan program pengobatan
8.       Apabila pemerian oksigen tidak diperlukan lagi, kedok atau kanula hidung ganda diangkat dan selang oksigen ditutup.
9.       Pasien dirapihkan kembali
10.   Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ketempat semula.
11.   Perawat mencuci tangan

5.   HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a.      Pemberian obat secara Topikal
·      Prinsip pemberian obat
 Dalam memberikan pengobatan kita sebagai perawat harus mengingat, memahami ,dan memperhatikan prinsip enam benar  agar kita dapat terhindar dari kesalahan dalam memberikan obat.
1.        Benar pasien
Obat yang diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, alamat, nomor register dan program pengobatan pada pasien.
2.        Benar Obat
Sebelum mempersiapkan obat, harus diperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
3.         Benar Dosis
Sebelum memberi obat, periksa dahulu dosisnya. Jika ragu, berkonsultasilah dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Karna da beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya asam mefenamat, 1 ada 250 mg, ada juga yang 500 mg, ondansentron 1 ampul dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
4.         Benar Cara/ rute pemberian obat
Pastikan cara pemberian obat yang telat diprogramkan, apakah diberikan peroral, sublingual, parenteral/injeksi, topikal, rektal, atau inhalasi.
5.        Benar Waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan, apakah pagi, siang, malam, sesudah makan, saat makan, sebelum tidur, dll. Karena berhubungan dengan kerja obat yang menimbulkan efek terapi dari obat.
6.        Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu , dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya,atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
·      Region kulit yang akan diberikan obat: Daerah muka, skrotum, aksila, dan kulit rambut cenderung lebih mudah menerima obat dibandingkan pada daerah telapak tangan, dengan demikian pemberian obat pada daerah yang lebih permeabel tidak perlu terlalu banyak dibandingkan dengan daerah yang kurang permeabel.
·      Gradien konsentrasi: Dengan menambah gradien konsentrasi, maka penyerapan obat akan semakin cepat
·      Penjadwalan: Karena sistem absorpsi yang lama, maka efek dari obat tersebut dapat berlangsung selama 1 hari dengan absorpsi yang terus menerus secara perlahan
·      Vehikulum dan oklusi: Vehikulum atau bentuk sediaan obat topikal akan sangat mempengaruhi absorpsi pada kulit, sedangkan oklusi seperti plester yang mempererat dan menjaga kontak antara kulit dengan obat topikal dapat meningkatkan efikasi dari obat tersebut.

b.     Pemberian obat Inhalasi
·         Perhatikan reaksi pasen sebelum dan sesudah pemberian oksigen
·         Hindarkan tindakan yang menyebabkan pasien merasa sakit
·         Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan, misalnya api yang dpat menimbulkan kebakaran
·         Pada pasien anak-anak digunakan nasal kateter dan bila pemakayan lebih dari 24 jam, kateter dibersihkan dan dipindahkan kelubang hidung yang lain.














DAFTAR PUSTAKA