Kamis, 19 April 2012

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

A. Definisi Komplementer
Terapi Komplementer merupakan metode penyembuhan yang caranya berbeda dari pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan obat kimia dan operasi, yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan. Banyak terapi modalitas yang digunakan pada terapi komplementer mirip dengan tindakan keperawatan seperti teknik sentuhan, masase dan manajemen stress. Terapi komplementer merupakan terapi tambahan bersamaan dengan terapi utama dan berfungsi sebagai terapi suportif untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan komplementer tradisional – alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergi dan terintegrasi dengan pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksananya dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer tradisional – alternatif.
Menurut WHO (World Health Organization), Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Bagi perawat yang tertarik mendalami terapi komplementer dapat memulai dengan tindakan – tindakan keperawatan atau terapi modalitas yang berada pada bidang keperawatan yang dikuasai secara mahir berdasarkan perkembangan teknologi terbaru.
Jadi, Keperawatan komplementer adalah cabang ilmu keperawaratan yang menerapkan pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang berfungsi sebagai terapi suportif
untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap penatalaksanaan pasien secara keseluruhan, diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam kedokteran konvensional
B. Jenis – Jenis Terapi Komplementer
Dari hasil penelitian pendapat mahasiswa perawat tentang terapi komplementer yang direkomendasikan untuk perawat adalah : masase, terapi musik, diet, teknik relaksasi, vitamin dan produk herbal Di Amerika terapi komplementer kedokteran dibagi empat jenis terapi : Chiropractic , teknik relaksasi, terapi masase dan akupunktur,
Menurut National Institute of Health (NIH), terapi komplementer dikategorikan menjadi 5, yaitu : - Biological Based Practice : herbal, vitamin, dan suplemen lain - Mind-body techniques : meditasi - Manipulative and body-based practice : pijat, refleksi - Energy therapies : terapi medan magnet - Ancient medical systems : obat tradisional chinese, aryuvedic, akupuntur
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupunktur medic yaitu metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada sistem tubuh.
2. Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%). Selama
terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
3. Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu:
- Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.
- Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan dalam bentuk sediaan farmasi.
- Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan penelitian harus telah mendapat izin dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan pemantauan terus – menerus.
Dari 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang ada, daya efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri – sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah, fatigue (kelelahan) dan neuropati. Jenis pelayanan pengobatan komplementer – alternatif berdasarkan Permenkes RI Nomor : 1109/Menkes/Per/2007 adalah : 1. Intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions) : Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan spiritual, doa dan yoga
2. Sistem pelayanan pengobatan alternatif : akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda 3. Cara penyembuhan manual : chiropractice, healing touch, tuina, shiatsu, osteopati, pijat urut 4. Pengobatan farmakologi dan biologi : jamu, herbal, gurah 5. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan : diet makro nutrient, mikro nutrient 6. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan : terapi ozon, hiperbarik, EEC
C. Dasar Hukum
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
Selain itu, dalam Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatan akupunktur pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Sementara itu, Keputusan Menkes RI No 1076/Menkes/SK/VII/2003 mengatur tentang penyelenggaraan Pengobatan Tradisional. Di dalam peraturan tersebut diuraikan cara- cara mendapatkan izin praktek pengobatan tradisional beserta syarat- syaratnya. Khusus untuk obat herbal, pemerintah mengeluarkan Keputusan Menkes RI Nomor 121 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Medik Herbal. Untuk terapi SPA (Solus Per Aqua) atau dalam bahasa Indonesia sering diartikan sebagai terapi Sehat Pakai Air, diatur dalamPermenkes RI No. 1205/ Menkes/Per/X/2004 tentang pedoman persyaratan kesehatan pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).
D. Konsep Keilmuan
Pada dasarnya, terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh, agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat. Ada banyak jenis metode dalam terapi komplementer ini, seperti akupuntur, chiropractic, pijat refleksi, yoga, tanaman obat/ herbal, homeopati, naturopati, terapi polaritas atau reiki, teknik-teknik relaksasi, termasuk hipnoterapi, meditasi, visualisasi, dan sebagainya. Obat- obat yang digunakan bersifat natural/ mengambil bahan dari alam, seperti jamu-jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit, temu lawak dan sebagainya), sampai bahan yang dirahasiakan. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual memiliki kekuatan penyembuhan.
Lalu, amankah berbagai terapi komplementer tersebut? Para ahli berpendapat bahwa terapi komplementer relatif aman karena menggunakan cara- cara alami yang jauh dari bahan- bahan kimia yang jelas-jalas banyak memberikan efek samping pemakainya. Namun, walaupun alami tetap harus dikaji dan diteliti tingkat keefektifan dan keamanannya. Memang penelitian tentang terapi komplementer masih jarang, dikarenakan belum memiliki standar yang baku. Terapi ini tidak selalu dirancang untuk mengobati penyakit tertentu, beberapa terapi alternatif merawat orang secara keseluruhan, bukan suatu penyakit tertentu. Terapi ini mungkin dapat mengembalikan keselarasan, keseimbangan, atau menormalkan aliran energi. Penelitian ilmiah sangat mahal biayanya. Pembuat terapi alternatif seringkali tidak mampu membayar untuk sebuah penelitian ilmiah. Pemerintah lebih cenderung untuk mendanai penelitian obat-obatan barat karena dipandang lebih efektif. Dengan hak paten, para produsen dapat memperoleh keuntungan yang membantu mendanai penelitian. Sedangkan kebanyakan terapi komplementer tidak dapat dipatenkan. Namun halangan-halangan ini bukan berarti tidak ada terapi komplementer yang secara sukses diteliti, beberapa terapi telah teruji dan terbukti kemanjurannya

1 komentar:

  1. Dengan hormat,
    Persaingan pasar yang hiperkompetitif seperti sekarang ini menuntut perusahaan untuk terus menemukan dan meluncurkan the next big thing berupa produk baru / layanan baru yang berbeda dengan yang diluncurkan para pesaing. Untuk menghasilkan produk baru tersebut, kemampuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan konsumen dengan tepat sampai merealisasikan menjadi suatu produk pada waktu yang tepat merupakan sesuatu yang mutlak harus dimiliki setiap individu baik yang masih belajar ataupun telah berada dalam sebuah perusahaan / institusi baik negeri maupun swasta. Dalam hal tersebut, tak lepas dari faktor sumber daya manusia dalam perusahaan yang harus semakin mendapat porsi perhatian pimpinan / perusahaan. Sasaran akhir pengembangan sumber daya manusia tercermin dari peningkatan akan PENGETAHUAN (KNOWLEDGE), KETRAMPILAN (SKILL) DAN SIKAP (ATTITUDE), dengan menjadi manusia tangguh dalam segala situasi.
    Kami Mahaputra Management berencana mengadakan WORKSHOP SEHARI sebagai berikut :

    MEDICAL COMPLEMENTARY WITH HYPNOHEALING

    Hari / Tanggal : Minggu, 18 Agustus 2013
    Waktu : Jam 09.00-selesai WITA
    Tempat : Hotel MADE Bali, Jl. Raya Sempidi 41, Badung
    Narasumber : Dr. Prabowo.PB,MM,MHt
    Kontribusi : Rp.125.000
    Fasilitas : Snack, Sertifikat Full SKP, Doorprice
    Keterangan : Jumlah Peserta Terbatas REGISTRASI MAKSIMAL tanggal 16 Agustus 2013 (H-2)

    Salam Sukses, dan terima kasih atas kepercayaannya


    Hormat kami
    Mahaputra Management

    BalasHapus