Selasa, 10 April 2012

VALIDITAS UMPAN BALIK (FEEDBACK)

“ VALIDITAS UMPAN BALIK “
A.  Pengertian Validitas
Validitas atau kesahihan adalah sikap membandingkan atau sikap yang menunjukan pada kemampuan suatu instrumen (alat untuk mengukur); mengukur apa yang harus diukur atau ditimbang. Timbangan inilah merupakan alat ukur yang valid dalam suatu kasus yang membutuhkan jawaban. Suatu penelitian yang melibatkan variabel yaitu masalah yang tidak bisa diukur secara langsung, maka masalah validitas menjadi tidak sederhana. Karena di dalamnya juga menyangkut penjabaran konsep dari tingkat teoritis sampai tingkat empiris. Dalam hal ini kita harus membandingkan masukan (input) dan keluaran (output) sistem.
B.  Umpan Balik ( Feedback )
Umpan balik merupakan suatu proses dimana seseorang memberi tahu berdasarkan pengamatan dan perasaannya, tentang tingkah laku seseorang, dengan tujuan untuk menolong orang memahami dirinya sendiri. Namun, banyak pula umpan balik yang kurang bermanfaat, atau malah cenderung bersifat menyerang atau menyinggung perasaan si penerima umpan balik. Dengan kata lain tidak semua umpan balik adalah valid (akurat). Syarat untuk memberi umpan balik, yaitu :
a.       Respek
b.      Empati
c.       Jujur
C.  Validitas Umpan Balik
            Validitas umpan balik merupakan cara atau sikap seseorang dalam meyakinkan orang lain tentang masalah yang akan disampaikannya. Seseorang tidak akan mudah menerima umpan balik yang disampaikan oleh orang lain, apalagi dengan masalah yang susah untuk dipecahkan. Ia harus membuat pilihan / keputusan tentang apa yang akan diperbuatnya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Umpan balik (feedback) tidak selalu langsung dapat diterima oleh orang lain. Umpan balik yang sifatnya positif biasanya dapat lebih mudah diterima dibandingkan dengan umpan balik negatif
            Ada beberapa tahapan yang mungkin dilalui seseorang sampai akhirnya ia dapat menerima validitas umpan balik tersebut, yaitu:
v Denial – menyangkal, merasa bahwa informasi yang baru diterima tadi bukan menggambarkan dirinya.
v Anger – marah, dan terkadang mulai mencari-cari sumber kesalahan atau menyalahkan lingkungan/orang lain.
v Bargaining – bernegosiasi, atau mencari-cari alasan, misalnya dengan mengatakan bahwa kondisi kesehatan yang kurang baik atau mungkin sarana kerja yang kurang memadai sehingga hasil kerja juga tidak optimal.
v Depression – sedih, atau menyesal atas kondisi yang dialami, misalnya dengan merasa bahwa umpan balik tsb dapat mempengaruhi karirnya secara keseluruhan, dsb.
v Acceptance – menerima, dan memahami bahwa umpan balik tsb memang menggambarkan dirinya
            Tidak ada kepastian bahwa setiap orang akan melalui seluruh tahap tersebut, bisa saja ia langsung berada pada tahap Bargaining, atau bahkan langsung ke tahap Acceptance. Selain itu belum tentu juga tahapan tersebut dilalui secara berurutan, namun tujuan akhirnya adalah sampai pada tahap Acceptance. 
            Sebagai orang yang memberikan umpan balik, kita sebagai perawat memang dituntut untuk dapat mengarahkan orang lain agar sampai pada tahap Acceptance (menerima umpan balik yang kita sampaikan), namun kita bisa siap dengan reaksi-reaksi lainnya. Tidak ada jaminan berapa lama seseorang dapat sampai pada tahap Acceptance, karena hal ini sifatnya sangat subyektif sekali (tergantung dari konsep diri orang tsb juga).
            Ada yang bisa menerima dalam beberapa menit, tapi ada juga yang perlu beberapa hari sampai akhirnya benar-benar menerima umpan balik tersebut. Yang pasti, umpan balik memang sebaiknya diberikan segera dan mengacu pada hal-hal yang bersifat obyektif, sehingga dapat mudah dipahami.
Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Umpan Balik
v  Keuntungan dan kerugian penggunaan umpan balik sangat bergantung pada keadaan sistem, sebagai pertimbangan teknik dan ekonomis untuk pelaksanaan umpan balik. Pemilihan dan pertimbangan yang lebih sesuai untuk pemakaiannya dalam sistem umpan balik adalah merupakan faktor sangat penting.
v  Umpan balik menyediakan beberapa keuntungan yang lebih besar dibandingkan kerugiannya. Manfaat atau keuntungannya dapat diperoleh bila sistem tersebut memenuhi beberapa syarat di antaranya:
·         Sistem mempunyai motivasi atau tujuan dan objektif yang tinggi.
·         Mempunyai tujuan yang benar.
·         Penetapan tujuan tersebut.
·         Komponen sistem yang harus bekerja sesuai fungsi dan prestasi yang optimum.
·         Penggunaan yang benar pada syarat-syarat di atas dapat memperoleh kesempurnaan yang optimum pada suatu sistem.
Manfaat Penggunaan Umpan Balik
v  Umpan balik membolehkan objektif yang diinginkan masukan akan diperoleh nilai atau besaran yang tepat.
v  Menyebabkan keadaan hubungan yang tidak stabil antara pengajar dengan pelajar. Jika pengajar tidak meletakkan umpan balik pada kedudukan yang wajar.
                 Umpan balik yang ditimbulkan dalam proses komunikasi memberikan gambaran kepada komunikator tentang seberapa berhasil komunikasi yang dilakukannya.
                 Jadi, umpan balik (feedback) merupakan satu-satunya elemen yang dapat ’menjudge’ apakah komunikasi yang telah berlangsung berhasil atau gagal. Dengan mengetahui umpan balik yang dikirimkan oleh komunikan, maka sebagai komunikator, kita akan dapat langsung mengetahui apakah tujuan dari pesan kita tersampaikan atau tidak. Dalam hal ini disinilah terjadi validitas umpan balik, apakah tujuan atau masalah yang kita sampaikan dimengerti oleh audiens atau tidak saat komunikasi.
 
 
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, Wiranto. (2003). Komunikasi dalam Pendidikan. ITB. Bandung: Departemen Teknik Mesin
Gafur, Abdul. (2006). Handout Kuliah Landasan Teknologi Pendidikan. . Yogyakarta: PPs UNY
Lestari G, Endang dan Maliki, MA. (2003). Komunikasi yang Efektif. Jakarta:Lembaga Administrasi Negara.
Miarso, Yusufhadi. (1986). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Pratikno, R. (1987). Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya.
Sardiman AM. (2005). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Suranto. (2005). Komunikasi Perkantoran. Yogyakarta: Media Wacana.
Wardani, IGAK. (2005). Dasar-Dasar Komunikasi dan Keterampilan Dasar Mengajar. Jakarta: PAU-DIKTI DIKNAS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar